Maaf untuk hal-hal yang tak bisa kuterima dari dirimu. Nyatanya memang tidak semua di dunia ini bisa kita genggam. Seperti hatiku yang begitu kau inginkan. Hidup terlalu rumit untuk kita pandang sebelah mata. Ketulusanmu tak pantas kuragukan. Hanya saja, nyaman tak cukup jadi alasan untuk menerima kehadiran seseorang.
Fase tertinggi mencintai adalah ketika kau mengetahui kekurangannya, namun tak pergi meninggalkan. Aku hanya takut gagal berdamai dengan diriku sendiri ketika menerima sosokmu. Kemudian aku mematahkan segenap kesungguhanmu.
Tidakkah lebih menyakitkan jika aku melepasmu dalam perjalanan. Maka, menepis ulur tanganmu sejak awal adalah sebaik-baik langkah yang bisa kutempuh. Demi menyelamatkan masing-masing hati kita dari kegagalan membangun kisah bahagia.
Seringkali kita merasa paling menyedihkan atas penolakan. Sampai lupa, bahwa tidak semua rasa baik jika dipaksakan. Sebagaimana aku padamu. Bukan sesuatu yang mudah menjatuhkan pilihan paling dilema. Tidak peduli sebenci apa kau melihatku, hati ini pun menanggung pilu tak kalah pelik.
Berhentilah sebelum rasa terlanjur dalam. Letakkan segala harap dan inginmu tentangku. Tak mampu aku kabulkan semogamu. Pun bahagiamu tak harus denganku. Persembahkan baik dan tulusmu untuk sosok yang lebih pantas. Mampu menggapai hatiku hanyalah kesiaan belaka jika pada akhirnya kita gagal untuk saling menerima. Meski demikian, terima kasih atas seluruh rasa yang sempat kau berikan. Walau tak sanggup aku aminkan.


No comments:
Post a Comment