Bismillah... aku mencoba jawab pertanyaan yang sering masuk dari temen-temen. Sebelumnya mohon maaf atas penjelasanku yang belepotan. Nanti seluruh pertanyaan yang ada akan aku bagi dalam beberapa part untuk kujawab seperti ini. Kali ini merupakan part pertama. Selamat membaca~
Kapan mulai menulis?
Kapan ya?
Sebenernya aku ga bener-bener inget sih mulai (suka) nulis sejak kapan. Tapi,
dulu pas kelas 1 SD udah sering coret-coret puisi gitu. Biasa, puisi alaala
anak-anak haha. Kalo baca lagi pasti geli bawaannya. Trus pas kelas 4 SD
sekolah buka program ekstrakurikuler, Umi mengarahkan ikut beberapa ekstra salah satunya
jurnalistik. Nah, di sinilah minat menulis mulai tumbuh. Bermula dari kelas 4
SD itu, berikutnya pas kelas 5 sampai 6 SD bener-bener sadar kalo menulis
adalah hobiku. Tapi sebelum kelas 4 SD udah sering bikin puisi kok.
Jadi, terjawab ya aku suka nulis dari kecil
tepatnya sejak kelas 1 SD (umur 7 tahun). Kalo suka atau minat nulis tumbuh pas
kels 4 SD (umur 10 tahun). Memasuki tahun-tahun berikutnya dibarengi dengan
suka baca buku, minat menulis makin deras. Aku pun sering aktif di kegiatan
jurnalistik. Pas kelas 5 SD pernah jadi ketua mading sekolah.
Tentang bagaimana bisa aku suka
baca buku (biasa aja sih, ga suka-suka banget juga) dan perjalanan pengalaman menulisku mungkin aku bahas di judul lain
aja ya nanti.
Kenapa menulis?
Emm.. dulu sih,
suka aja. Pokoknya asal suka aja.
Gatau deh alasannya. Bukankah memang demikian? Terkadang seseorang tak membutuhkan
alasan untuk menyukai sesuatu. Kalian boleh tidak setuju, bebas. Tapi aku yakin
beberapa orang akan menyetujuinya.
Begitulah, semula ketika suka menulis aku tidak punya banyak alasan. Rasanya
bahagia saja dengan menulis. Maydha kecil seperti memiliki dunia sendiri dengan
imajinasinya. Mungkin karena menulis udah bawaan lahir mengalir dalam darahku
juga yak (halah alay wkwk), jadi aku terus menekuni hobi itu melalui lomba
maupun organisasi jurnalistik. Di luar itu sehari-hari juga meluangkan waktu
untuk menulis. Lalu sering berinteraksi dan berdiskusi dengan teman-teman yang
memiliki minat sama. Pada akhirnya menulis berubah jadi kebutuhan.
Setelah banyak hal aku lalui dalam dunia kepenulisan (beranjak dewasa),
baru aku menemukan alasan yang lebih menguatkan selain karena sekedar suka. Ini
bukan sekedar teori, tapi berdasar apa yang sudah aku alami.
Pertama, menulis bisa
menjelaskan hal-hal yang tidak mampu diungkapkan. Eaaaaaak. Ini sih berlaku
buat yang ga pinter ngomong atau mereka yang introvert, cocok banget. Kalo aku
pribadi urusan public speaking
sebenernya ga ada masalah. Kepribadianku juga extrovert, terbuka pada orang
lain. Hanya saja, beberapa hal aku lebih suka menyimpannya sendiri. Berangkat
dari itu, maka aku menulis sebagai tempat pelarian uneg-uneg wkwkw.
Kedua, menulis adalah
cara paling sederhana dalam menyampaikan kebaikan yang tidak pernah putus. Pernah
kan aku nulis yang sifatnya inspiratif gitu, trus pembaca jadi semangat setelah
baca tulisanku. Lama waktu berlalu eh masih ada yang baca ulang tulisan itu. Nah,
aku mikir coba kalau kelak aku udah meninggal dan tulisanku masih dibaca orang.
Ma sya Allah banget udah meninggal kebaikan masih ngalir. Jadi, bisa dikatakan
menulis itu investasi akhirat.
Ketiga, menulis bikin
aku punya banyaaaak temen dimana-mana. Yaps, nulis itu nambah relasi. Gara-gara nulis aku punya kenalan dari banyak kota
; Riau, Medan, Banyumas, Indramayu, Tangerang, Kebumen, Solo, Bandung,
Surabaya, Gresik, Batam, sisanya mana lagi lupa. Aku kenal mereka karena sering
share tulisan dan mereka baca tulisanku trus kita kenalan deh. Kalo pengen main
ke kota itu trus butuh guide atau
tumpangan tidur kan enak hahaha.
Keempat, menulis itu
meningkatkan kualitas branding diri. Nah,
untuk bisa merasakan ini butuh proses dan ga bisa instan. Ini sih aku rasain
sejak nerbitin buku. Setelah aku punya buku solo, di saat itu orang-orang mulai
melihat dan menghargaiku. Sebenernya tulisan dan pengalamanku masih jauhhhhhhh
sangat kurang. Tapi hanya karena aku sudah punya buku bisa dapat kepercayaan
buat jadi pembicara di kelas menulis ‘kecil-kecilan’ gitu. Pokoknya menulis
bikin kita keliatan ‘keren’ di mata orang. Meski aslinya sangat biasa-biasa
saja. Eh, tapi ini sih aku. Kalo penulis sekaliber Kang Abik, Bunda Asma, HTR,
Dee, Tere Liye, dll jelas keren luar dalaaaam.
Kelima, menulis membuat
kita merasakan jadi ‘siapa saja’. Kalo nulis cerita pasti ada tokoh kan. Nah,
tokoh kita pasti beragam karakter dan latar belakang. Bisa saja tokoh utama
kita dosen, petani, anak sekolah, pegawai, atau apapun. Untuk bisa menghidupkan
cerita pasti kita harus memahami seluk beluk tentang latar belakang itu, bahkan
kita mempelajari apa yang mereka jalani sehari-hari. Jadilah kita punya banyak
wawasan juga bonusnya, hehe.
Oke, sementara segitu dulu jawaban tentang alasan aku menulis. Sebenernya masih
ada tapi berceceran ga jelas di kepala. Kapan-kapan aku update ya.
Belajar menulis
darimana?
Inspirasi
tulisan darimana?
Nah, dua pertanyaan selanjutnya ini sudah aku jawab di part kedua. Langsung klik aja linknya.
Siapa motivator
dalam menulis?
Genre yang
diseriusin apa?
Lalu dua pertanyaan terakhir aku
jawab di part ketiga.
Sekian dulu, nantikan part berikutnya ya :D


No comments:
Post a Comment