Lirik Sendu Paling Nyata

Oleh : Al Ghumaydha’

Bangau putih beramai-ramai mengepakkan sayap. Perlahan terbang rendah, berkerumun di permadani hijau. Seharusnya kau melihat bagaimana mataku berbinar takjub melihat betapa cantiknya mereka. Dan kau cukup tersenyum mendapati bahagiaku yang sesederhana itu.

Hari ini aku memiliki beberapa kabar baik. Seperti tentang pekerjaan yang kurampungkan dengan apik. Perihal paket buku favorit yang telah lama kutunggu akhirnya datang diantar kurir. Atau mengenai rancangan ide-ideku yang mendapat apresiasi hebat dari orang-orang.

Kita pernah sepakat untuk saling bercerita meski sekadar hal-hal tidak penting. Maka, untuk seluruh kabar baik itu aku sangat ingin berbagi padamu. Penuh antusias berceloteh, lalu kau khusyuk menjadi pendengar setia. Pada akhirnya kau selalu berhasil membuatku merasa berharga walau untuk urusan sekecil apapun.

Namun, kenyataan selalu menyadarkan bahwa yang bisa kupeluk tentangmu hanya kerinduan. Pun bagimu, merindukanku adalah emosi terbesar dalam dirimu yang selalu sulit kau kendalikan. Sedangkan sisa kekuatan kita ada pada doa-doa tentang pertemuan dan air mata yang telah kering.

Pelukan adalah apa yang paling kita inginkan satu sama lain. Kejamnya, bentang jarak memasung waktu dan pertemuan. Lantas, satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanya memandang fotomu bersama lagu-lagu harapan. Perlahan diam-diam air mata membuat jalannya sendiri di garis wajah. Kemudian ingatan tentang segala rasa sakit memaksa tergugu. Sampai akhirnya malam merenggut dalam lelap.

Barangkali, justru di kejauhan sana kau hanya bisa menciptakan sendiri siluetku dalam benak. Atau bahkan dinginnya lantai ruangan mungkin telah membuat segala memorimu beku. Isi kepalamu terlalu keruh untuk sekadar kembali mengingat bagaimana sketsa wajahku. Sepi begitu nyata mencabik-cabik setiap detak napasmu.

Jika ada lagu kesedihan di dunia. Maka, kisah ini adalah lirik paling nyata.