Oleh : Al Ghumaydha'
Jangan menakar pencapaianmu dengan hasil orang lain. Kamu tidak bisa memaksakan apa yang ada dalam dirimu juga terjadi pada orang lain. Tidak peduli apakah itu pola pikir, penerimaan, usaha, proses, atau hasil dalam bentuk apapun.
Berhentilah melontarkan pertanyaan maupun pernyataan mematikan seperti, Kapan lulus? Kapan skripsi selesai? Kapan sidang? Kapan seminar proposal? Kok kamu belum, sih. Temen-temen kamu udah pada duluan. Bukannya dia pinter ya, kok skripsinya belum kelar juga. Kamu selama ini kemana aja kok baru nyampe sini? Dia apa, sih yang dikerjain kok belum selesai skripsinya. Kamu pasti males-malesan, makanya ketinggalan. Kamu ini gimana, sih skripsi belum kelar juga.
Kebanyakan orang tidak sadar betapa semua kalimat semacam itu membunuh mental. Kita tidak pernah tahu bagaimana seseorang menjalani proses di balik layar. Barangkali kamu tidak melihat masalah keluarganya, kendala dalam pekerjaannya, kesulitan terkait objek penelitian yang dia ambil, kesibukan di tempat lain, aktivitas urgensi yang lebih butuh banyak perhatiannya, atau masalah-masalah lain yang membelenggu hidupnya. Ada banyak faktor yang tidak bisa semudah itu kita sudutkan. Jika mungkin bagimu masalah dia sepele, coba kembali baca paragraf awal dari tulisan ini. Porsi kemampuan tiap orang berbeda-beda.
Kepada siapa saja yang merasa jauh tertinggal di belakang. Tetaplah tenang. Semua akan baik-baik saja. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah pencapaian, ini hanya tertunda sebentar saja. Istirahatlah ketika lelah, setelah sembuh ayo kembali melanjutkan langkah.
Bagi mereka yang merasa semua ini mudah. Bisa selesai hanya dalam beberapa minggu atau satu sampai dua bulan saja. Lalu menganggap sepele semua urusan ini. Kebetulan saja mereka sedang mendapat porsi beruntung dari semesta. Sementara, untuk kamu yang merasa begitu kepayahan berusaha. Bersyukurlah. Tuhan sedang mengajarkan padamu untuk menghargai sebuah proses. Dengan demikian, di lain hari kamu tidak akan mudah menganggap remeh kerja keras orang lain. Sebab kamu telah tahu persis bagaimana sulitnya mereka mencapai itu.
Mari kita syukuri porsi hebat masing-masing. Ada yang hebat dalam karir di kantor. Ada yang hebat dalam bisnis. Ada yang hebat dalam pendidikan akademik. Ada yang hebat dalam prestasi non-akademik. Ada yang hebat dalam bakat masing-masing. Ada yang hebat dalam rumah tangga. Ada yang hebat dalam organisasi. Ada yang hebat dalam aktivitas sosial. Berhenti membandingkan dan jangan lagi saling iri. Kamu keren versi dirimu sendiri. Semua tergantung dari bagaimana kamu mensyukuri semua kebaikan yang ditetapkan Tuhan padamu. (Bagian ini saya bahas lebih banyak dalam tulisan berjudul Syukuri Porsi Kerenmu)
Lagipula kita sudah sering mendengar kalimat pepatah. Hidup ini seperti roda berputar, kadang di atas kadang di bawah. Tidak apa-apa jika dalam urusan ini kamu belum beruntung dan tertinggal sebentar. Barangkali kamu sudah mendapat kesempatan baik dari Tuhan dalam urusan lain di masa lalu. Atau mungkin semua masa sulit ini akan diganti oleh Tuhan di masa depan dengan pencapaian karir yang gemilang atau jodoh yang dimudahkan datang. Begitu pun bagi mereka yang hari ini telah beruntung rampung lebih dulu. Barangkali pencapaian tersebut adalah reward dari Tuhan atas kesabaran dari kesulitan yang mereka alami pada hari kemarin.
Hidup memang semisteri itu. Kita tidak pernah tahu kapan akan bahagia, juga bilamana kita bersedih. Itulah kenapa Tuhan merahasiakan takdir dan meminta kita mengimaninya. Agar kita percaya bahwa segala yang terjadi pada kita telah ditetapkan. Sehingga kita bisa lebih bersabar, sedikit bersedih, dan memperbanyak ikhtiar.
Sampai pada kalimat ini semoga isi kepala kita bisa lebih terbuka. Mari saling menghargai daripada sibuk menghakimi. Mampu memberi dukungan, bukan malah mematahkan. Kekalahan bukan untuk disudutkan, melainkan harus lebih keras diperjuangkan. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah pencapaian, hanya tertunda sebentar untuk menuju kemenangan.
Oh iya, tulisan ini bukan untuk diperdebatkan. Setuju silakan, tidak setuju tinggalkan. Sesederhana itu. Mari baca ulang paragraf pertama. Bahwa setiap isi kepala tak bisa dipaksa sama. Tulisan ini tak pernah memaksa siapa pun untuk sepakat. Pun bagi yang tidak sependapat, tak perlu repot mengeluarkan otot untuk mencari celah adu debat.
Mohon maaf lahir batin.
Sekian dan terima kasih.
___________________________
Mau curhat, diskusi, atau ngobrol sama penulis? Boleh, chat di sini saja 😊
___________________________
Mau curhat, diskusi, atau ngobrol sama penulis? Boleh, chat di sini saja 😊


No comments:
Post a Comment