Oleh : Al Ghumaydha'
Masih ada yang menyala di bilik hatiku. Adalah kerinduan yang tidak pernah berhasil kupadamkan untukmu. Ketika ada banyak cerita yang tak memiliki pilihan. Selain harus kusimpan sendirian. Sementara, kau selalu ingin menjadi yang pertama untuk tahu apapun tentang aku.
Kisah ini memang tidak adil. Tapi tugas kita adalah menerima ketetapan. Tidak peduli sedalam apa rasa sakitnya. Tak mengapa. Ini sudah menjadi bagian dari hidup kita. Dua raga saling cinta yang dipertemukan dengan segenggam luka.
Jalan yang harus kita tempuh masih begitu panjang. Duka ini bukan tentang bentang jarak dan waktu. Namun, onak duri yang tumbuh silih berganti. Menguji seberapa tangguh pemilik hati. Apakah akan menyerah atau bertahan di sisi.
Seperti yang selalu kau tertawakan. Aku belum lelah menghitung hari. Telah berapa lama kita tak saling mendengar suara satu sama lain. Atau kapan terakhir kali kau mengucapkan selamat tidur untukku. Pun selalu ada hal magis dari cinta. Hadirmu tidak pernah gagal menjadi energi baru untuk hari-hariku.
Hanya saja, akhir-akhir ini telah aku pahami. Seperti apa bentuk rindu tanpa menyayangi. Untukmu, rasa ini lebih dari sekadar dandelion yang merindukan ruang untuk terbang bebas. Tak pernah surut hasratku memelukmu dalam doa-doa masa depan.
Aku tidak lagi memaksamu dengan rengekan tangis seperti anak kecil meminta es krim. Cukup bagiku menunggu tanpa kata. Masih di kota ini aku akan membuktikan setia.


No comments:
Post a Comment