Oleh : Al Ghumaydha'
Dear, temen-temen
pejuang SBMPTN...
Tahun 2016 lalu, saya ada di posisi kalian. Ikut SBMPTN dan
gagal. Nangis? Enggak. Beneran. Ga ada nangis sama sekali. Tapi, malemnya baru
ngerasain nyesek soalnya tau ‘saingan’ saya lolos. Di situlah baru nangis. Trus
depresi alay gitu. Rasanya di dunia ini cuma saya satu-satunya orang paling
menyedihkan, butuh dikasihani, dan amat sangat malang ketika itu. Alay, kan?
Tapi setelah itu langsung move up. Lalu saya daftar jalur mandiri di 2 PTN. Salah satunya
saya menggunakan seleksi prestasi dengan mengirimkan 10 sertifikat penghargaan.
Gagal keduanya. Sudah cukup, capek nangis. Ga ada acara nangis, energi udah
habis untuk melakukan kesia-siaan itu. Meski demikian sedih tetap ada, nyesek
masih bergelayut.
Berikutnya saya menjalani aktivitas seperti biasa. Berkutat dengan
kain flanel melayani pesanan-pesanan customer. Setidaknya itu bisa mengalihkan ‘depresi
alay’ saya. Beberapa hari kemudian saya mendaftar jadi peserta Kelas Mendongeng
di sebuah komunitas dongeng. Pokoknya saya cari kesibukan berfaedah yang sesuai
dengan minat ketika itu. Sebelum dinyatakan lolos, masih ada seleksi untuk
mengikuti Kelas Dongeng tadi. Di sela penantian menunggu pengumuman, qadarullah saya mendapat tawaran untuk
mendaftar kuliah dengan beasiswa penuh.
Saya tidak terkejut dengan tawaran beasiswa ini karena 5
bulan sebelumnya sudah mendapat tawaran itu. Namun, saya dengan angkuh
menolaknya. Saya katakan tidak mau. Saya tidak mau keluar Jawa, saya tekankan
bahwa saya yakin bisa lolos di tempat yang saya inginkan. Betapa sombong, kan? Bahkan
perkara jurusan, saya lebih sombong lagi. Seorang keras kepala seperti saya
tidak mau kalau tidak kuliah di jurusan A. Harus jurusan A. Setiap mengikuti
seleksi masuk PTN saya tidak mau mengambil cadangan jurusan lain. Itulah saya. Saya
hanya akan melakukan dan menjalani apa yang saya sukai. Jika tidak, bagi saya
itu hanya kesia-siaan saja. Daripada berhenti di tengah jalan, kan?
Setelah ditolak berkali-kali, hati dan kepala saya mulai lunak
ketika mendapat tawaran beasiswa yang ‘kedua’ ini. Tawaran beasiswa penuh ini
telah datang 2x untuk saya. Apakah saya akan tetap keras kepala? Tidakkah saya
kasihan dengan kedua orang tua yang menaruh harapan besar pada saya? Satu malam
penuh saya berdiskusi dengan Allah dan mengambil keputusan besar.
Saya pun mendaftar kuliah, setelahnya saya menerima
pengumuman bahwa saya lolos mengikuti Kelas Dongeng. Beberapa hari kemudian saya
mendapat kabar lulus masuk kuliah dengan beasiswa penuh itu. Allah!
Waktu begitu sempit. Semua urusan harus saya selesaikan
dengan cepat dalam waktu singkat. Kebetulan pesanan craft sedang ramai,
langsung saya close order bahkan
cancel beberapa pesanan. Lalu buru-buru saya ke Jogja untuk mengikuti Kelas
Dongeng. Di sana saya mendapat pengalaman luar biasa dan cukup berkesan. Pulang
dari Jogja langsung packing dan
berangkat ke kota perantauan.
Setelah menjalani ‘pilihan Allah’, puji syukur saya
panjatkan berkali-kali tiada henti. Allah menempatkan saya di jurusan yang
sangat ‘pas’ dengan passion saya. Allah
memberi saya beasiswa penuh. Allah memberi saya kesempatan untuk belajar
tangguh dan mandiri. Allah memberi peluang besar untuk saya berbisnis. Allah pun
memberi kesempatan bagi saya satu langkah lebih maju dibanding teman-teman saya.
Sejak semester 4 saya sudah menghasilkan pundi-pundi rupiah sendiri dengan
nominal yang sangat cukup bagi mahasiswa.
Gimana? Keliatan enak banget ya baca tulisan ini, hehe..
Tidak ada rahasia besar bagaimana saya bisa mendapat bertubi
kebaikan dari Allah. Sangat sederhana. Poin pertama adalah do’a Ibu. Kalian tahu?
Setiap malam Umi saya selalu meminta kepada Allah agar diberi kemudahan dalam
menyekolahkan putrinya. Jujur saja, saya hanya gadis biasa dengan latar
belakang keluarga dari ekonomi menengah ke bawah. Umi tidak pernah lelah merayu
Allah agar saya bisa kuliah dengan beasiswa.
Apabila saya lolos melalui jalur SBMPTN atau mandiri di PTN,
apakah sudah tentu dapat beasiswa full? Saya bukan seseorang yang pintar atau
cerdas. Nilai fisika dapat 6 saja sudah termasuk prestasi unggul bagi saya. Itulah
kenapa saya mengambil jurusan yang benar-benar sesuai dengan passion saya. Pada akhirnya, saya tahu
kenapa Allah memberi kegagalan berkali-kali kepada saya setiap seleksi masuk.
Allah bermaksud mengabulkan do’a Umi saya dengan memberi beasiswa penuh di
tempat lain.
Allah (lebih) tahu apa
yang terbaik untuk diri saya jauh daripada diri saya sendiri.
Satu hal lagi. Pada akhirnya saya menjalani kuliah di
jurusan ‘lain’. Bukan jurusan yang saya impikan. Bukan jurusan yang setengah
hidup saya perjuangkan. Tapi, sekali lagi saya katakan bahwa Allah lebih tahu. Jurusan
‘lain’ ini jauh lebih ‘pas’ dengan ‘passion’ saya dibanding jurusan yang saya ‘perjuangkan’.
Hanya saja, meskipun jurusan yang saya ‘jalani’ akhirnya
berbeda dari yang saya ‘inginkan’ ada satu catatan penting. Sebelum memilihnya
saya juga melakukan banyak pertimbangan, terutama menyesuaikan dengan ‘passion’
saya. Jadi, temen-temen... jalani apa yang kamu sukai. Jangan memaksakan diri
jika pada akhirnya kalian menjalani itu dengan penuh tekanan. Pilih jurusan
yang benar-benar ‘sesuai’ dengan ‘dirimu’.
Itu sedikit kenangan sederhana saya. Poin yang bisa temen-temen
ambil adalah ; ada rencana Allah yang
lebih indah untuk masa depan di balik kegagalan kita hari ini. Ini adalah
kata-kata bijak klise dan membosankan, memang. Tapi, saya sudah membuktikannya.
Sekarang giliran teman-teman membuktikannya.
Satu lagi. Berbakti pada orang tua. Do’a orang tua adalah
kekuatan yang berpengaruh besar dalam hidup kita, percayalah!
Saya malas terlalu banyak basa-basi memberi semangat untuk temen-temen.
Saya tau temen-temen sudah muak dan bosan dengan kata-kata motivasi dan
semangat. Saya paham. Saya pernah di posisi kalian. Tapi, saya hanya ingin
memberi tahu teman-teman bahwa semakin jauh kalian terpuruk tidak akan
menyelesaikan apa-apa. Kalian kira dunia peduli? Kalian merasa paling
menyedihkan? Berhenti alay, masih banyak yang lebih ‘kurang’ beruntung
dibanding kita.
Apakah setelah membaca ini kalian berpikir, “Kamu mah enak
ngomong doang, ga ngerasain susahnya kita udah lembur belajar tiap malem..
blablabla...”? Sekali lagi, saya menulis ini setelah menjalani apa yang kalian
rasakan hari ini.
Begitulah. Sekian, terima kasih, dan mohon maaf.
Selamat move up! Selamat
menyusun planning masa depan!


No comments:
Post a Comment