Lagu itu mengalun berulang. Terpampang di depannya beberapa baris puisi narasi. Matanya lurus ke arah layar laptop, memandang kosong.
Detik jam berputar. Putaran lagu yang kesekian habis, mengulang lagi. Lembut ia menarik napas. Tangan kanan terangkat menopang dagu. Pandangan belum berubah. Baris puisinya masih sama.
Aku
Hening
Rindu
Benci
Kamu
Jahat
Kata-kata menguar dalam kepalanya, terus berputar. Hanya berputar.
“Bukan melupakan, tapi mengikhlaskan.”
Kelopaknya bergerak, menutup dengan pelan. Satu hembusan napas kembali berdesis lembut.
Mengikhlaskan.
(alg)

No comments:
Post a Comment